BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seorang sosiolog, didalam menelaah
masyarakat manusia akan banyak berhubungan dengan kelas didalam suatu komunitas
dan masyarakat, baik yang kecil seperti misalnya kelompok didalam suatu
keluarga, komunitas, maupun dalam masyarakat.
Dalam
hukum perkembangan masyarakat Marx berdasarkan salah satu jarannya tentang
materialisme histories, Pada awalnya tidak ada kelas dalam masyarakat yaitu
pada jaman komunal primitif. Pada jaman ini, orang harus saling toltong
menolong dalam rangka terus bertahan hidup dan melindungi diri berbagai macam
binatang pemangsa. Hal ini memaksa orang harus tinggal menetap, untuk bertahan
hidup manusia saat itu berburu hewan, mengumpulkan makanan (tanaman dan
buah-buahan) yang dapat dimakan bersama. Tempat tinggal mereka pun dibedakan,
dan menjadi pembeda antara kelompok manusia yang satu atas yang lainnya.
Berbagai macam keterampilan, bahasa muncul. Semua hal ini diidetifikasikan
sebagai suku atau klan.
Pada
saaat ini kerja awalnya dibedakan anatara laki-laki dan perempuan, lalu
dibedakan atas dasar kelompok-kelompok usia yang berbeda. Lalu berkembang pada
kakhasan pekerjaan rutin yang dilakukan oleh komunitas penanam, peternak dan
pemburu. Pembagian kerja merupakan hak prerogatif dari anggota komunitas yang
tertua dan paling berpengalaman. Namun demikian, mereka tidaklah dianggap
sebagai kelas yang memiliki privilese istimewa karena jumlah mereka yang
sedikit jika dibandingkan dengan mayoritas dewasa dikomunitas disamping hak
mereka didapat melalui persetujuan dari mayoritas dewasa. Posisi khusus mereka
terletak pada otoritasnya, nukan pada kepemilikan properti atau kekuatan
mereka. Pada jaman ini produksi yang dihasilkan orang dibuat hanya untuk
mencukupi kebutuhan-kebutuhan langsung, jadi tidak terdapat lahan untuk mengakarnya
ketidakadilan sosial.
Setelah
jaman komunal primitif berangsur-angsur pudar, banyak hal yang menjadi penyebab
hal ini terjadi, selain keharusan sejarah. Berakhirnya jaman ini tidak terjadi
secara berbarengan berbagai daerah didunia ini sebgai contoh negara-negara
Afrika, formasi kelas-kelas baru mulai terbentuk setelah rejim-rejim kolonial
tresingkirkan, yaitu sejak tahun 1950-an sedangkan kelas di Mesir Kuno pada
akhir milenium ke-4 dan di
awal milenium ke-3 sebelum masehi.
Kemunculan
kelas-kelas sosial ini terjadi akibat dari pembagian kerja secara sosial,
disaat kepemilikan pribadi atas alat produksi menjadi sebuah kenyataan. Marx
melakukan stratifikasi terhadap masyarakat berdasarkan dimensi ekonomi, dimana
hal yang paling pokok menurut ia adalah kepemilikan atas alat produksi. Seperti
yang selalu dia katakan dalam berbagai tulisannya, pembagian kerja yang
merupakan sumber
ketidakadilan sosial timbul saat
memudarnya masyarakat komunal primitif.
Salah
satu dari pra kondisi yang paling general dari kehadiran masyarakat yang
terbagi atas kelas adalah perkembangan tenaga-tenaga produktif. Dalam
perjalanan panjangnya, proses ini menimbulkan tingkat produksi yang bergerak
jauh lebih tinggi dari yang dibutuhkan orang untuk melanjutkan hidupnya. Jadi
surplus produk memberikan kepada umat manusia lebih dari yang dibutuhkannya,
dan sebagai konsekuensinya, ketidakadilan sosial secara bertahap tumbuh dengan
sendirinya dalam masyarakat.
Bersamaan
dengan kepemilikan pribadi atas alat produksi yang menguasai perkembangan
tenaga-tenaga produktif, dan produksi individu atau keluarga telah menghapuska
produksi komunal sebelumnya, ketidak adilan ekonomi menjadi tidak terhindarkan
lagi dan hal ini mengkondisikan masyarakat ke dalam kelas-kelas.
Para
pemimpin dan tetua komunitas yang mempunyai otoritas dalam komuntas untuk
melindungi kepentingan bersama ini. Temasuk dalam hal pengawasan dan
pengambilan putusan yang dianggal adil oleh komunitas. Hal demikian juga dapat
kita sebut sebagai kekuasaan negara elementer, namun pada dasarnya mereka tidak
pernah
berhenti mengabdi pada komunitas.
Perkembangan
tenaga-tenaga produktif dan penggabungan komunitas-komunitas tersebut kedalam
entitas yang lebih besar mengarah pada pembagian kerja lebih lanjut. Dalam
perkembangnya terbentuklah badan-badan khusus yang berfungsi untuk melindungi
kepentingan bersama serta juri dalam perselisihan antar komunitas. Secara
bertahap badan-badan ini mendapat otonomi yang semakin besar dan memisahkan
dirinya dari masyarakat sekaligus merepresentasikan kepentingan kelompok sosial
utama. Otonomi ini dari pejabat urusan publik berubah menjadi bentuk dominasi
terhadap masyarakat yang membentuknya, dulunya abdi publik sekarang para
pejabat itu berubah
menjadi tuan-tuan (lords).
Pada
umumnya, perkembangan produksi sosial menuntut adanya tenaga kerja manusia yang
lebih banyak guna terlibat dalam produksi material. Tidak ada komunitas yang
sanggup mnyediakan hal itu sendiri, dan tenaga kerja manusia tambahan
disediakan
oleh peperangan.
Cara
lain pembentukan kelas adalah melalui pembudakan terhadap bala tentara musuh
yang tertangkap saat perang. Para peserta perang mulai menyadari bahwa lebih
bermanfaaat untuk membiarkan para tawanan mereka terus hidup dan memaksa mereka
unutuk bekerja. Jadi hak-hak mereka sebagai manusia dicabut dan diperlakukan
tak
ubahnya seperti binatang pekerja.
Dalam
perkembangan masyarakat selanjutnya, kita akan mengenal kelas-kelas yang
salingbbertentangan. Hal ini disebabkan karena kepentingan mereka selalu tidak
dapat diketemukan. Dalam terminologi marxis kita akan mengenal bahwa kelas di
bedakan menjadi dua macam bentuk dan sifatnya yaitu kelas-kelas fundamental dan
kelas-kelas non fundamental.
Kelas-kelas
fundamental adalah kelas-kelas yang keberadaannya ditentukan oleh corak
produksi yang mendominasi dalam formasi sosial ekonomi tertentu. Setiap formasi
sosial ekonomi yang antagonistis memilki dua kelas fundamental. Kelas-kelas ini
bisa berupa pemilik budak dan budak, tuan feudal dan hambanya, ataupaun borjuasi
dan proletar. Kontradiksi-kontradiksi antagonistis diantara kelas-kelas
tersebut berubah oleh
penggantian sistem yang berlaku
dengan sebuah sistem baru yang progresif.
Kelas-kelas
non fundamental adalah bekas-bekas atau sisa-sisa dari kelas dalam sistem yang
lama dan masih bisa dilihat dalam sistem yang baru, biasanya kelas ini
menumbuhkan corak produksi yang baru dalam bentuk struktur ekonomi yang
spesifik. Sebagai contoh para pedagang, lintah darat, petani-petani kecil yang
terdapat dalam masyarakat kepemilikan budak dengan kelas yang fundamental
pemilik budak dan budak.
Kelas-kelas
fundamental dan non fundamental saling bergantung secara erat, karena dalam
perkembangan sejarahnya, kelas fundamental bisa menjadi non fundamental, dan
demikian pula sebaliknya. Sebuah kels fundamental merosot menjadi sebuah kelas
non fundamental saaat corak produksi yang dominan yang mendasarinya secara
bertahap berubah menjadi sebuah struktur sosial ekonomi yang sekunder. Sebuah
kelas non fundamental menjadi fundamental saat sebuah struktur sosial ekonomi
baru yang terdapat di dalam sebuah formasi sosial ekonomi berubah menjadi corak
produksi
yang dominan.
Masyarakat
juga bisa memiliki lapisan orang-orang yang tidak termasuk ke dalam kelas-kelas
tertentu, yaitu elemen-elemen tak berkelas yang telah kehilangan ikatan-ikatan
dengan kelas asalnya. Hal ini berlaku bagi lumpen-lumpen kapitalisme yang
terdiri atas orang-orang tanpa pekerjaan tertentu atau yang biasa disebut
sebagai sampah-
sampah masyarakat, seperti pengemis,
pelacur, pencuri dan sejenisnya.
Selain
kelas, terdapat kelompok sosial besar lain yang garis pembatasnya terletak pada
latar yang berbeda dengan latar-latar pembagian kelas, ia munkin saja didasrkan
pada usia, jenis kelamin, ras, profesi, kebangsaaan, dan pembeda lainnya
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Definisi Status Sosial Menurut Para Ahli
Status
sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya
(menurut Ralph Linton).
B.
Definisi Kelompok Sosial Menurut Para
Ahli
Kelompok sosial (social group)
merupakan suatu himpunan atau suatu kesatuan-kesatuan manusia manusia yang
hidup bersama, yang disebabkan oleh adanya hubungan antara mereka yang
menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran
untuk saling tolong menolong. Soial group merupakan pengumpulan atau
agregasi yang teratur.
C.
Definisi
Stratifikasi Sosial Menurut Para Ahli
a. Pitirim
A. Sorokin
Stratifikasi
sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam
masyarakat. Setiap lapisan itu disebut dengan strata sosial. Ditambahkan bahwa
stratifikasi sosial merupakan ciri yang tetap pada setiap kelompok sosial yang
teratur. Lapisanlapisan di dalam masyarakat memang tidak jelas batasbatasnya,
tetapi tampak bahwa setiap lapisan akan terdiri atas individu-individu yang
mempunyai tingkatan atau strata sosial yang secara relatif adalah sama.
b. P.J.
Bouman
Stratifikasi
sosial adalah golongan manusia dengan ditandai suatu cara hidup dalam kesadaran
akan beberapa hak istimewa yang tertentu dan karena itu menuntut gengsi
kemasyarakatan.
c. Soerjono Soekanto
Stratifikasi sosial adalah
pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam
kedudukan
yang berbeda-beda secara vertikal.
d. Bruce J. Cohen
d. Bruce J. Cohen
Stratifikasi sosial adalah sistem yang menempatkan
seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki
dan menempatkan mereka pada kelas sosial yang sesuai.
e. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
Stratifikasi sosial adalah sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
e. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
Stratifikasi sosial adalah sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Status
Sosial
Status
sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya
(menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggiakan ditempatkan
lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status
sosialnya rendah.
Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial :
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir
seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain
sebagainya,
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapats esorang
karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu
seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh
seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi
diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang
yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
B.
Kelompok
Sosial
Kelompok sosial (social group)
merupakan suatu himpunan atau suatu kesatuan-kesatuan manusia manusia yang
hidup bersama, yang disebabkan oleh adanya hubungan antara mereka yang
menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran
untuk saling tolong menolong. Soial group merupakan pengumpulan atau
agregasi yang teratur.
Bentuk-bentuk kelompok sosial
menurut para ahli:
1.
In Group dan Out Group
Summer membedakan antara in group
dan out group. In Group merupakan kelompok social yang dijadikan
tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Out
Group merupakan kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai
lawan in Group. Contoh: Istilah “kita” atau “kami” menunjukkan adanya
artikulasi in group, sedangkan “mereka” berartikulasi out group.
2.
Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley mengemukakan
tentang kelompok primer yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antara
anggota-anggotanya, kerja sama yang erat dan bersifat pribadi,interaksi sosial
dilakukan secara tatap muka (face to face). Kelompok sekunder adalah
kelompok sosial yang terdiri dari banyak orang, antara siapa hubungannya tidak
perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga sifatnya tidak begitu
langgeng.
3.
Gemainschaft dan gesellschaft
Ferdinand Tonnies mengemukakan
tentang hubungan antara individu-individu dalam kelompok sosial sebagai Gemainschaft
(paguyuban) dan gesellschaft (patembayan). Gemainschaft merupakan
bentuk-bentuk kehidupan yang di mana para anggota-anggotanya diikat oleh
hubungan batin yang murni, bersifat ilmiah, dan kekal. Contoh: keluarga,
kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dll. Gesellschaft (patembayan)
merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu (yang
pendek) atau bersifat kontraktual. Contoh: hubungan perjanjian perdagangan,
organisasi formal, organisasi suatu perusahaan, dll.
4.
Kelompok Formal dan Informal
J.A.A. Van Doorn membedakan kelomok
Formal dan Informal. Kelompok Formal mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja
diciptakan oleh para anggotanya untuk mengatur hubungan mereka, misalnya
pemerintah memilih ketua, iuran anggota, dll. Kelompok Informal tidak mempunyai
struktur atau organisasi tertentu . Kelompok ini terbentuk karena pertemuan
berulang-ulang, misal kelompok dalam belajar.
5.
Membership group dan reference
group
Robert K. Merton membedakan kelompok
membership dengan kelompok reference. Kelompok membership
merupakan kelompok yang para anggotanya tercatat secara fisik sebagai anggota,
sedangkan kelompok reference merupakan kelompok sosial yang dijadikan
acuan atau rujukan oleh individu-individu yang tidak tercatat dalam anggota
kelompok tersebut untuk membentuk atau mengembangkan kepribadiannya atau dalam
berperilaku.
Ciri-ciri
Kelompok Sosial
1. Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan manusia yang lain.
2. Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu.
3. Memiliki norma-norma yang mengatur di antara hubungan para anggotanya.
4. Memiliki kepentingan bersama
5. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya.
Dasar Pembentukan Kelompok Sosial
1. Faktor kepentingan yang sama (Common Interest)
2. Faktor darah / keturunan yang sama (common in cestry)
3. Faktor geografis
4. Factor daerah asal yang sama
Klasifikasi Kelompok Sosial
1. Klasisikasi menurut cara terbentuknya
1. Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan manusia yang lain.
2. Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu.
3. Memiliki norma-norma yang mengatur di antara hubungan para anggotanya.
4. Memiliki kepentingan bersama
5. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya.
Dasar Pembentukan Kelompok Sosial
1. Faktor kepentingan yang sama (Common Interest)
2. Faktor darah / keturunan yang sama (common in cestry)
3. Faktor geografis
4. Factor daerah asal yang sama
Klasifikasi Kelompok Sosial
1. Klasisikasi menurut cara terbentuknya
a. Kelompok semu, terbentuk secara spontan
Ciri-ciri kelompok semu :
1). Tidak direncanakan
2). Tidak terorganisir
3). Tidak ada interaksi secara terus menerus
4). Tidak ada kesadaran berkelompok
5). Kehadirannya tidak konstan
Kelompok semu dibagi menjadi :
- Crowd (kerukunan)
- Publik
- Massa
* Crowd, dibagi menjadi :
1). Formal audiency / pendengar formal
Ex: orang-orang mendengarkan khotbah
Orang-orang nonton di bioskop
1). Tidak direncanakan
2). Tidak terorganisir
3). Tidak ada interaksi secara terus menerus
4). Tidak ada kesadaran berkelompok
5). Kehadirannya tidak konstan
Kelompok semu dibagi menjadi :
- Crowd (kerukunan)
- Publik
- Massa
* Crowd, dibagi menjadi :
1). Formal audiency / pendengar formal
Ex: orang-orang mendengarkan khotbah
Orang-orang nonton di bioskop
2). Planned expressive group
Kerumunan yang tidak begitu mementingkan pusat perhatian tetapi mempunyai persamaan tujuan
3). Inconvenient Causal Crowds
Kerukunan yang sifatnya terlalu sementara tetapi ingin menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama.
Ex : orang antri tiket kereta api
4). Panic Causal Crowds
Kerukunan orang-orang panic akan menyelamatkan diri dari bahaya.
5). Spectator Causal Crowds
Kerukunan penonton atau orang-orang ingin melihat peristiwa tertentu.
6). Ecting Low less Crowds
Kerukunan emosional, ex : orang demo
7). Immoral low less crowds
orang-orang tak bermoral
Ex : minum-minuman
Kerumunan yang tidak begitu mementingkan pusat perhatian tetapi mempunyai persamaan tujuan
3). Inconvenient Causal Crowds
Kerukunan yang sifatnya terlalu sementara tetapi ingin menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama.
Ex : orang antri tiket kereta api
4). Panic Causal Crowds
Kerukunan orang-orang panic akan menyelamatkan diri dari bahaya.
5). Spectator Causal Crowds
Kerukunan penonton atau orang-orang ingin melihat peristiwa tertentu.
6). Ecting Low less Crowds
Kerukunan emosional, ex : orang demo
7). Immoral low less crowds
orang-orang tak bermoral
Ex : minum-minuman
b. Kelompok Nyata, mempunyai beberapa ciri khusus sekalipun mempunyai
berbagai macam bentuk, kelompok nyata mempunyai 1 ciri yang sama, yaitu
kehadirannya selalu konstan.
Ciri-ciri Kelompok Nyata :
1). Kelompok Statistical Group
Kelompok statistic biasanya terbentuk karena dijadikan sasaran penelitian oleh ahli-ahli ststistik untuk kepentingan penelitian.
Ciri-ciri kelompok statistik :
a. Tidak direncanakan, tetapi bukan berarti sangat mendadak melainkan sudah terbentuk dengan sendirinya.
b. Tidak terorganisir
c. Tidak ada interaksi terus menerus
d. Tidak ada kesadaran berkelompok
e. Kehadirannya konstan
Ciri-ciri Kelompok Nyata :
1). Kelompok Statistical Group
Kelompok statistic biasanya terbentuk karena dijadikan sasaran penelitian oleh ahli-ahli ststistik untuk kepentingan penelitian.
Ciri-ciri kelompok statistik :
a. Tidak direncanakan, tetapi bukan berarti sangat mendadak melainkan sudah terbentuk dengan sendirinya.
b. Tidak terorganisir
c. Tidak ada interaksi terus menerus
d. Tidak ada kesadaran berkelompok
e. Kehadirannya konstan
2). Societal Group / Kelompok Kemasyarakatan
Kelompok societa memiliki kesadaran akan kesamaan jenis, seperti jenis kelamin, warna kulit, kesatuan tempat tinggal, tetapi belum ada kontak dan komunikasi di antara anggota dan tidak terlihat dalam organisasi.
3). Kelompok sosial / social groups
Para pengamat sosial sering menyamakan
antara kelompok sosial dengan masyarakat dalam arti khusus. Kelompok sosial
terbentuk karena adanya unsur-unsur yang sama seperti tempat tinggal,
pekerjaan, kedudukan, atau kegemaran yang sama. Kelompok sosial memiliki
anggota-anggota yang berinteraksi dan berkomunikasi secara terus menerus.
Contoh : ketetanggaan, teman sepermainan, teman seperjuangan, kenalan, dan
sebagainya.
4). Kelompok asosiasi / associational group
4). Kelompok asosiasi / associational group
Kelompok asosiasi adalah kelompok yang
terorganisir dan memiliki struktur formal (kepengurusan).
Ciri-ciri kelompok asosiasi :
1. direncanakan
2. terorganisir
3. ada interaksi terus menerus
4. ada kesadaran kelompok
5. kehadirannya konstan
Klasifikasi Kelompok Nyata
1. Klasifikasi menurut erat longgarnya ikatan antar anggota
a. Gemeinschaft / paguyuban
Merupakan kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal.
Ferdinand Thonies membagi menajdi 3 bagian :
- Gemeinschaff by blood
Paguyuban karena adanya ikatan darah
Ex : trah, kerabat, klien
- Gemeinschaft of place
Paguyuban karena tempat tinggal berdekatan.
Contoh : RT, RW, Pedukuhan, Pedesaan
- Gameinschaft of mind
Paguyuban karena jiwa dan pikiran yang sama.
Contoh : kelompok pengajian, kelompok mahzab (Sekte)
b. Gesselschaft / patembangan
Merupakan ikatan lahir yang bersifat kokoh untuk waktu yang pendek, strukturnya bersifat mekanis dan sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.
Contoh : ikatan antar pedagang, organisasi dalam sebuah pabrik.
2.
Klasifikasi
Menurut Kualitas Hubungan Antar Anggota
a. Kelompok Primer (Primary Group)
Merupakan suatu kelompok yang hubungan antar anggotanya saling kenal mengenal dan bersifat informal.
Contoh : keluarga, kelompok sahabat, teman, teman sepermainan
b. Kelompok Sekunder (secondary Group)
Merupakan hubungan antar anggotanya bersifat formal, impersonal dan didasarkan pada asas manfaat.
Contoh : sekolah, PGRI
3. Klasifikasi Menurut Pencapaian Tujuan
a. Kelompok Formal
Merupakan kelompok yang memiliki peraturan-peraturan dan tugas dengan sengaja dibuat untuk mengatur hubungan antar anggotanya.
Contoh : Parpol, lembaga pendidikan
b. Kelompok Informal
Merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang dan memiliki kepentingan dan pengalaman yang sama.
Contoh : anggota OSIS
4. Klasifikasi menurut pendapat K. Merthon
a. Membership Group
Merupakan kelompok sosial yang setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Contoh : Anggota OSIS
b. Reference Group
Merupakan kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya sesuai dengan kelompok acuan tersebut.
Contoh : Anggota ABRI
5. Klasifikasi menurut sudut pandang individu
a. In Group
Merupakan kelompok sosial tempat individu mengidentifikasikan diri.
b. Out Group
Merupakan kelompok sosial yang menjadi lawan dari in group
Dinamika Kelompok Sosial
Yaitu suatu proses perkembangan dan perubahan akibat adanya interaksi dan interdependensi baik antar anggota kelompok maupun antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Faktor-faktor pendorong dinamika sosial :
A. Faktor dari luar (Extern)
1. Perubahan Sirkulasi Sosial
Disebabkan dari kemerdekaan wilayah, masuknya industrialisasi ke pertanian dan adanya temuan-temuan baru.
2. Perubahan Situasi Ekonomi
Dapat menyebabkan suatu kelompok sosial berkembang, misalnya masyarakat perkotaan. Kelompok kekerabatan akan bergeser menjadi hubungan sosial berdasarkan kepentingan sehingga kelompok kekerabatan yang termasuk klasifikasi ke kelompok primer berubah menjadi kelompok kepentingan yang termasuk klasifikasi kelompok sekunder.
3. Perubahan Situasi Politik
Seperti perubahan elit kekuasaan, perubahan kebijakan dan sebagainya. Menyebabkan perkembangan pada kelompok-kelompok sosial.
B. Faktor dari dalam (Intern)
1. Adanya konflik antar anggota kelompok
2. Adanya perbedaan kepentingan
3. Adanya perbedaan paham
a. Kelompok Primer (Primary Group)
Merupakan suatu kelompok yang hubungan antar anggotanya saling kenal mengenal dan bersifat informal.
Contoh : keluarga, kelompok sahabat, teman, teman sepermainan
b. Kelompok Sekunder (secondary Group)
Merupakan hubungan antar anggotanya bersifat formal, impersonal dan didasarkan pada asas manfaat.
Contoh : sekolah, PGRI
3. Klasifikasi Menurut Pencapaian Tujuan
a. Kelompok Formal
Merupakan kelompok yang memiliki peraturan-peraturan dan tugas dengan sengaja dibuat untuk mengatur hubungan antar anggotanya.
Contoh : Parpol, lembaga pendidikan
b. Kelompok Informal
Merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang dan memiliki kepentingan dan pengalaman yang sama.
Contoh : anggota OSIS
4. Klasifikasi menurut pendapat K. Merthon
a. Membership Group
Merupakan kelompok sosial yang setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Contoh : Anggota OSIS
b. Reference Group
Merupakan kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya sesuai dengan kelompok acuan tersebut.
Contoh : Anggota ABRI
5. Klasifikasi menurut sudut pandang individu
a. In Group
Merupakan kelompok sosial tempat individu mengidentifikasikan diri.
b. Out Group
Merupakan kelompok sosial yang menjadi lawan dari in group
Dinamika Kelompok Sosial
Yaitu suatu proses perkembangan dan perubahan akibat adanya interaksi dan interdependensi baik antar anggota kelompok maupun antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Faktor-faktor pendorong dinamika sosial :
A. Faktor dari luar (Extern)
1. Perubahan Sirkulasi Sosial
Disebabkan dari kemerdekaan wilayah, masuknya industrialisasi ke pertanian dan adanya temuan-temuan baru.
2. Perubahan Situasi Ekonomi
Dapat menyebabkan suatu kelompok sosial berkembang, misalnya masyarakat perkotaan. Kelompok kekerabatan akan bergeser menjadi hubungan sosial berdasarkan kepentingan sehingga kelompok kekerabatan yang termasuk klasifikasi ke kelompok primer berubah menjadi kelompok kepentingan yang termasuk klasifikasi kelompok sekunder.
3. Perubahan Situasi Politik
Seperti perubahan elit kekuasaan, perubahan kebijakan dan sebagainya. Menyebabkan perkembangan pada kelompok-kelompok sosial.
B. Faktor dari dalam (Intern)
1. Adanya konflik antar anggota kelompok
2. Adanya perbedaan kepentingan
3. Adanya perbedaan paham
C.
Stratifikasi
Sosial
Pitirim A. Sorokin dalam
karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem
lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam
masyarakat yang hidup teratur. Menurut Drs. Robert M.Z. Lawang, stratifikasi
sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese
dan prestise. Sedangkan menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan
prestise.
Yang mendasari pembentukan terjadinya suatu
stratifikasi sosial adalah :
1. Dengan Sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat.
Contoh : Kepandaian, Senior, Tingkat umur, Harta dll
2. Dengan Sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama.
Contoh : Sistem kepangkatan
PNS,ABRI,Feodal,dll
Dalam
teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem pelapisan masyarakat adalah kedudukan
(status) dan peranan (role). Kedua unsur ini merupakan unsur baku dalam
pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan seseorang atau kelompok memiliki
arti penting dalam suatu sistem sosial. Berikut merupakan penjelasan mengenai unsur-unsur
dalam stratifikasi sosial adalah :
1.Kedudukan (Status)
Yaitu kedudukan sebagai
tempat/posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Cara memperoleh kedudukan
dan status dalam hidup adalah :
a) Ascribed
Status adalah keuddukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah
diperoleh sejak lahir. Contoh: Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan,
dsb.
b) Achieved Status adalah kedudukan yang
diperoleh seseorang dengan disengaja. Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui
pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb.
c) Assigned Status merupakan kombinasi dari
perolehan status secara otomatis dan status melalui usaha. Status ini diperolah
melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan
sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan masyarakat. Contoh: gelar
kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dsb.
Adapun akibat yang ditimbulkan dari
kedudukan(status) social adalah Kadangkala
seseorang/individu dalam masyarakat memiliki dua atau lebih status yang
disandangnya secara bersamaan. Apabila status-status yang dimilikinya tersebut
berlawanan akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal itulah yang menyebabkan
timbul apa yang dinamakan Konflik Status. Jadi akibat yang ditimbulkan dari
status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status.
Macam-macam
Konflik Status:
a)
Konflik Status bersifat
Individual:
Konflik status yang dirasakan seseorang dalam batinnya
sendiri. Contoh:
- Seorang wanita harus memilih sebagai wanita karier
atau ibu rumah tangga
- Seorang anak harus memilih meneruskan kuliah atau
bekerja.
b)
Konflik Status Antar Individu:
Konflik status yang terjadi antara individu yang satu
dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya. Contoh:
- perebutan warisan antara dua anak dalam keluarga
- Tono beramtem dengan Tomi gara-gara sepeda motor yang dipinjamnya
dari kakak mereka.
c)
Konflik Status Antar Kelompok:
Konflik kedudukan atau status yang terjadi antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Contoh:
-
Peraturan yang dikeluarkan satu
departemen bertentangan dengan peraturan departemen yang lain. DPU (Dinas
Pekerjaan Umum) yang punya tanggung jawab terhadap jalan-jalan raya, kadang
terjadi konflik dengan PLN (Perusahaan LIstrik Negara) yang melubangi jalan
ketika membuat jaringan listrik baru. Pada waktu membuat jaringan baru
tersebut, kadangkala pula berkonflik dengan TELKOM karena merusak jaringan
telpon dan dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) karena membocorkan pipa
air. Keempat Instansi tersebut akan saling berbenturan dalam melaksanakan
statusnya masing-masing.
2.Peranan (Role)
Yaitu Peranan merupakan aspek yang dinamis dari
kedudukan. Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan).
Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status
yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah
laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status.
Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan.
Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan,
Contoh:
- Dalam rumah tangga, tidak ada peranan Ayah jika seorang suami
tidak mempunyai anak.
- Seseorang tidak bisa memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran)
kalau dia bukan polisi.
Konflik dalam Peranan Sosial timbul apabila seseorang
harus memilih peranan dari dua atau lebih status yang dimilikinya. Pada umumnya
konflik peranan timbul ketika seseorang dalam keadaan tertekan, karena merasa
dirinya tidak sesuai atau kurang mampu melaksakan peranan yang diberikan
masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia tidak melaksanakan peranannya dengan
ideal/sempurna. Contoh: Ibu Tati sebagai seorang ibu dan guru di suatu sekolah.
Ketika puterinya sakit, ia harus memilih untuk masuk mengajar atau mengantarkan
anaknya ke dokter. Pada saat ia memutuskan membawa anaknya ke dokter, dalam
dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama dia harus berperanan sebagai
guru mengajar dikelas.
Peranan memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun
orang lain. Fungsi tersebut antara lain:
a) Peranan yang dimainkan seseorang dapat
mempertahankan kelangsungan struktur masyarakat, seperti peran sebagai ayah
atau ibu.
b) Peranan yang dimainkan seseorang dapat pula
digunakan untuk membantu mereka yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan
individu tersebut memerlukan pengorbanan, seperti peran dokter, perawat,
pekerja sosial, dsb.
c) Peranan yang dimainkan seseorang
juga merupakan sarana aktualisasi diri, seperti seorang lelaki sebagai
suami/bapak, seorang wanita sebagai isteri/ ibu, seorang seniman dengan
karyanya, dsb
Ukuran-ukuran dalam stratifikasi sosial antara lain adalah sebagai
berikut :
1.
Ukuran Kekayaan
Kekayaan
(materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat
ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling
banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial,
demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke
dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada
bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
2.
Ukuran
kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling
besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam
masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran
kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain
yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan
kekayaan.
3.
Ukuran
kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan
menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran
kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional,
biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat,
para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh
anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang
paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem
pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini
biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang
disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor
ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat
negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai
tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha
dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya
dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
D. Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial adalah
pengkelasan / penggolongan / pembagian masyarakat secara horizontal atau sejajar.Contohnya
seperti pembedaan agama di mana orang yang beragama islam tingkatannya sama dengan
pemeluk agama lain seperti agama konghucu, budha, hindu, katolik dan kristen protestan.
Bentuk-bentuk diferensiasi sosial :
1..
Ras : perbedaan ciri fisik, terutama warna kulit.
Macam ras :
Macam ras :
a) Mongoloid
(berwarna)
Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur,
Asia
Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa
bagian India Timur
Laut, Eropa Utara,
Amerika
Utara, Amerika Selatan, dan Oseania.
Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit
kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika
dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda
sampai coklat gelap.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna
hitam yang lurus, bercak mongol pada saat
lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota
ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
b)
Kaukasoid(putih)
Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika
Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara.
Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika
Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika
Selatan dan Selandia Baru.
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit
putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang
Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka
berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun
mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.
c)
Negroid (hitam)
Ras Negroid adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika di sebelah
selatan gurun
Sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika
Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur
Tengah.
Ciri khas utama anggota ras negroid ini ialah kulit yang
berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu anggota ras Khoisan dan ras
Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras
manusia ini.
2.
Suku bangsa
a). Sunda
b). Jawa
c). Betawi, dll.
3. Klan
: kekerabatan.
Macam kerabat :
Macam kerabat :
a). patrilineal
(ayah) : Batak
Patrilineal
adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak
ayah. Kata ini seringkali disamakan dengan patriarkhat atau patriarkhi,
meskipun pada dasarnya artinya berbeda. Patrilineal berasal dari dua kata,
yaitu pater (bahasa Latin) yang berarti "ayah", dan linea (bahasa
Latin) yang berarti "garis". Jadi, "patrilineal" berarti
mengikuti "garis keturunan yang ditarik dari pihak ayah".
Sementara itu patriarkhat berasal dari dua kata yang lain, yaitu pater yang berarti "ayah" dan archein (bahasa Yunani) yang berarti "memerintah". Jadi, "patriarkhi" berarti "kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki".
Sementara itu patriarkhat berasal dari dua kata yang lain, yaitu pater yang berarti "ayah" dan archein (bahasa Yunani) yang berarti "memerintah". Jadi, "patriarkhi" berarti "kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki".
b). matrilineal (ibu) : Minangkabau
Matrilineal adalah suatu adat
masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Kata ini
seringkali disamakan dengan matriarkhat atau matriarkhi, meskipun pada dasarnya
artinya berbeda. Matrilineal berasal dari dua kata, yaitu mater (bahasa Latin)
yang berarti "ibu", dan linea (bahasa Latin) yang berarti
"garis". Jadi, "matrilineal" berarti mengikuti "garis
keturunan yang ditarik dari pihak ibu".
Sementara itu matriarkhat berasal
dari dua kata yang lain, yaitu mater yang berarti "ibu" dan archein
(bahasa Yunani) yang berarti "memerintah". Jadi,
"matriarkhi" berarti kekuasaan
berada ditangan ibu atau pihak perempuan".
c). bilineal (ayah dan ibu) : Jawa
d). ambilineal (sebagian ayah, sebagian ibu) :
Dayak
Ambilineal adalah sistem yang
mengandung dua kelompok keturunan unilineal, yang patrilineal dan matrilineal,
di mana seseorang seseorang ayah dan / atau kelompok keturunan ibu, atau garis
keturunan. Dalam budaya tradisional ambilineal sebagaimana tercantum di bawah,
individu memiliki pilihan untuk memilih anak mereka sendiri.
4. Agama
a. Islam
b. Kristen
c. Hindu
d. Budha
a. Islam
b. Kristen
c. Hindu
d. Budha
5. Jenis
kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
a. Laki-laki
b. Perempuan
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan
berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ciri
Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
2. Ciri
Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
3. Ciri
budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masyarakat
merupakan sekumpulan individu yang membentuk sistem sosial tertentu dan secara
bersama-sama memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai, dan hidup dalam satu
wilayah tertentu (dengan batas daerah tertentu) serta memiliki pemerintahan
untuk mengatur tujuan-tujuan kelompoknya atau individu dalam organisasinya.
Dalam masyarakat itu kemudian semakin lama terbentuk suatu struktur yang jelas
yaitu terbentuknya kebiasaan-kebiasaan, cara (usage), nilai/norma dan adat
istiadat. Struktur sosial yang terbentuk ini kemudian lama kelamaan menyebabkan
adanya spesialisasi dalam masyarakat yang mengarah terciptanya status sosial
yang berbeda antar individu.
Perbedaan
status sosial di masyarakat tentunya akan diikuti pula oleh perbedaan peran
yang dimiliki sesuai dengan status sosial yang
melekat pada diri seseorang. Pembedaan-pembedaan inilah yang menimbulkan setiap individu dalam
suatu masyarakat menimbulkan adanya pelapisan sosial atau yang lebih dikenal
dengan stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial pada kenyataannya adalah
seperangkat kerangka konseptual bagaimana memahami dan mendefinisikannya
sebagai satu aspek dari organisasi sosial.
Kelas
dalam komunitas merupakan suatu bentuk rangkaian terkait satu sama lainnya yang
saling berhubungan. Setelah kami mempelajari bagian-bagian rangkaian kelas
dalam komunitas, kami dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa kebudayaan-kebudayaan
yang ada merupakan suatu refleksi dari nilai-nilai yang dipegang teguh oleh
masyarakat. Dan juga dijadikan sebagai pandangan hidup oleh masyarakat.
Sehingga tercipta suatu susunan strata sosial yang membeda-bedakan.
B. Saran
Kelas dalam komunitas adalah
pengelompokan- pengelompokan, membeda-bedakan , golongan-golongan dalam suatu
lingkungan masyarakat. Menurut kelompok kami yang didapat dari adanya
pengelompokan tersebut sebenarnya ada hal positif dan ada hal negatifnya. Dari argument
positifnya dikarenakan dari adanya pengelompokan munculah gaya bahasa yang
berbeda misalnya ada gaya bahasa untuk orang tua, atasan, bawahan, atau bahkan
dengan kerabat. Tidak seperti di daerah DKI.Jakarta yang kata bantunya dari
mulai golongan umur dibawahnya hingga umur ke atas semua sama. Kemudian dari
segi negatifnya, karena adanya golongan-golongan atau pengengelompokan sehingga
menyebabkan terjadinya kesenjangan social antara atasan dan bawahan juga antara
sikaya dengan simiskin.
Daftar
Pustaka
Narwoko & Susanto, Sosiologi, Jakarta: Kencana,
2007, hal. 156
http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-macam-status-sosial-stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-sosiologi
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasi-diferensiasi-dalam-masyarakat
Setiadi, Elly M dan
Kolip Usman. Pengantar Sosiologi. Jakarta; Kencana. 2011
http://ictsleman.ath.cx/pustaka/sosiologi/1_differesiansi%20dan%20stratifikasi%20sosial/sos203_16.htm
Suharto.
Stratifikasi Sosial. Yogyakarta; Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga. 1986
http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial
http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/05/status-sosial-dan-peranan-sosial/
Salim, Agus.
Stratifikasi Etnik. Semarang; FIP UNNES dan Tiara Wacana. 2006
http://scooteris.multiply.com/journal/item/11
http://www.gudangmateri.com/2010/10/kelompok-sosial-dalam-sosiologi.html
Pitirim A. Sorokin Judul : “Social Stratification”
http://nilaieka.blogspot.com/2010/03/sistem-kekerabatab-patrilineal-dan.html
http://scooteris.multiply.com/journal/item/11
Soekanto Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers
: Jakarta
http://www.gudangmateri.com/2010/10/kelompok-sosial-dalam-sosiologi.html