A. Profil
Desa Cijengkol
Desa Cijengkol terletak di kecamatan Serangpanjang,
kabupaten Subang. Desa Cijengkol baru bergabung dengan kecamatan Serangpanjang
pada tanggal 20 Mei 2008, sebelumnya desa Cijengkol berada dalam kecamatan
Sagalaherang.
Berdasarkan penggunaannya, desa Cijengkol memiliki rincian
luas wilayahnya sebagai berikut : luas tanah pemukiman 57,25 ha/m2,
luas tanah persawahan 222 ha/m2, luas perkebunan 531 ha/m2,
luas pemakaman 5,47 ha/m2, luas pekarangan 28,72 ha/m2,
luas perkantoran 2,70 ha/m2, luas prasarana umum 7,31 ha/m2,
dan total luas 854,45 ha/m2 .
Mata pencaharian masyarakat desa Cijengkol adalah 929
pria dan 1195 wanita sebagai Petani, 978 pria dan 1101 wanita sebagai buruh
tani, sembilan pria dan 33 wanita sebagai buruh migran, 32 pria dan 19 wanita
sebagai pegawai negeri sipil, tujuh pria dan delapan wanita sebagai pedagang
keliling, 69 pria sebagai Peternak, tujuh pria sebagai peternak ikan, tiga pria
sebagai montir, satu wanita sebagai bidan, satu wanita sebagai perawat, enam
pria TNI/Polri, 36 pria dan 27 wanita sebagai pensiunan PNS/TNI/Polri, 17 pria
sebagai pengusaha kecil dan menengah, lima wanita sebagai dukun terlatih, 213
pria dan 27 wanita sebagai karyawan perusahaan swasta, 40 pria dan 51 wanita
sebagai karyawan perusahaan pemerintah. Jumlah pria keseluruhannya 2346 jiwa
dan wanita keseluruhannya 2369 jiwa, jumlah total penduduk adalah 4715 jiwa.
Desa Cijengkol mempunyai empat batas desa, yaitu batas utara
adalah Talagasari, batas selatan adalah Cikujang, batas barat adalah Ponggang,
dan batas timur adalah Dayeuh Kolot.
Potensi hasil galian desa Cijengkol adalah batu kali dan
pasir. Sistem pemasaran hasil galian adalah dijual langsung ke konsumen,
pengecer, dan ada juga yang tidak dijual. Potensi air dari desa Cijengkol
adalah sungai dan mata air dengan debit air sedang. Jumlah sumber air bersih di
desa Cijengkol adalah 13 mata air dimanfaatkan oleh 502 Kepala Keluarga, 137
sumur gali dimanfaatkan oleh 137 Kepala Keluarga, empat hidran umum
dimanfaatkan oleh 64 Kepala Keluarga, satu PAM dimanfaatkan oleh 154 Kepala
Keluarga, dua perpipaan dimanfaatkan oleh 363 Kepala Keluarga, tiga sungai
dimanfaatkan oleh 334 Kepala Keluarga dan 39 bak penampung air hujan
dimanfaatkan oleh 39 Kepala Keluarga.
Kondisi ekonomi desa Cijengkol dibantu dengan 12 kelompok
simpan pinjam dengan tiga kegiatan dan jumlah pengurus beserta anggotanya
sejumlah 102 orang dan LED/Raksa Desa dengan dua unit, empat kegiatan dan
jumlah pengurus beserta anggotanya sejumlah 207 orang. Jumlah total unit secara
keseluruhan sejumlah 14 unit, jumlah kegiatan sejumlah tujuh kegiatan dan
jumlah pengurus beserta anggotanya sejumlah 309 orang.
B. Pengalaman Lapangan
Desa Cijengkol adalah desa yang memiliki taraf kehidupan
yang bisa dikatakan cukup sejahtera karena terlihat dari kondisi lingkungannya
yang bersih dan asri. Rumah-rumah yang dibangun terlihat sudah layak huni dan
mencerminkan bahwa kehidupan warga di desa tersebut sudah sejahtera.
Namun, ketika penulis dengan anggota kelompok menelusuri
RW 03 seperti yang sudah dikoordinasikan oleh dosen pembimbing, ternyata masih
ada sebagian warga yang taraf kehidupannya bisa dikatakan belum sejahtera. Di
antaranya ada yang belum sejahtera karena masalah ekonomi dan ada juga yang
memilih untuk tetap hidup dengan cara tradisional karena mereka belum mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Di siang hari, suhu desa ini lumayan panas karena
datarannya sudah agak merendah dari kota Bandung. Oleh karena peserta observasi
telah beradaptasi dengan suhu kota Bandung, sebagian dari peserta mengeluh
kepanasan. Namun, ketika penulis keluar rumah sekitar jam 6 pagi, suhunya
sangat dingin. Tidak heran sebagian peserta tidur dengan pulas karena dinginnya
suhu di pagi hari.
Salah satu hal yang membuat nyaman di desa tersebut
adalah masih jarangnya kendaraan berlalu-lalang di jalan, dan tentunya desa ini
memiliki tingkat polusi udara yang cukup rendah. Peserta dan dosen pembimbing
juga menemukan semacam sungai di belakang penginapan, dan sebagian dari peserta
memanfaatkan sungai tersebut ketika suhu di desa mulai panas. Ada yang berendam
dan ada yang sekedar bermain air di sungai tersebut.
Ditemani pemandangan yang masih diramaikan oleh
tanaman-tanaman hijau, para peserta sungguh menikmati kegiatan mereka ketika
berada di luar. Tidak heran mengapa begitu, karena di kota sudah dipadati oleh
bangunan-bangunan dan jumlah pepohonan yang semakin lama semakin berkurang.
C. Hambatan dan
Cara Mengatasinya
Kehidupan desa umumnya berbeda dengan kehidupan di kota.
Umumnya penduduk desa belum mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
terutama dalam hal penggunaan teknologi. Penduduk desa masih menggunakan
cara-cara tradisional untuk melakukan aktivitas rutinnya.
Awalnya, penulis beserta anggota kelas lainnya tidak
mengalami hambatan apapun ketika baru sampai di Desa Cijengkol. Semua terlihat
lancar. Namun, pada hari berikutnya, penginapan mahasiswi mengalami kekeringan
air. Menurut keterangan, penyaluran air di daerah tersebut mengalami pergiliran
sehingga dalam beberapa waktu ada rumah yang tidak mendapatkan penyaluran air.
Jadi, untuk mengatasinya, kelompok mahasiswi menumpang mandi di penginapan
kelompok mahasiswa.
Hambatan kedua yaitu kondisi jalan yang buruk seperti berlubang,
tidak rata, dan licin menyebabkan orang-orang yang mengakses jalan mengalami
kesulitan apalagi dengan banyaknya jalan menanjak. Tidak jarang para peserta
observasi yang masih terbilang jarang menyentuh pedesaan kurang berhati-hati dalam
berjalan.
Hambatan ketiga yaitu susahnya mendapatkan data mengenai
jumlah penduduk, pekerjaan penduduk, taraf pendidikan penduduk, dan data-data
lain karena kantor kelurahan sudah lama tidak beroperasi.
D. Profil Keluarga
Responden
Ketika observasi dimulai, penulis bersama anggota
kelompok lainnya mulai menuju ke RW 03 untuk mewawancarai para penduduk yang
menerima program-program bantuan dari pemerintah. Dipandu oleh salah seorang
warga desa, masing-masing peserta mengunjungi rumah penduduk yang dituju. Dan
penulis mulai melakukan wawancara.
Penduduk yang menjadi responden bernama Dahmin. Beliau
adalah seorang pria yang berumur 75 tahun dan tinggal bersama istrinya yang
berusia sekitar 5-7 tahun lebih muda darinya menurut pengakuan Pak Dahmin. Pak
Dahmin yang menjelaskan bahwa beliau dan istrinya tidak menyelesaikan
pendidikan di bangku SD ini memiliki dua orang anak yang sudah bekerja dan
tidak tinggal serumah dengan mereka.
Pak Dahmin memang sudah tidak sanggup untuk bekerja lagi.
Namun beliau memiliki sawah sendiri dan untuk mengurusnya maka beliau
menyerahkan kepengurusan sawah tersebut kepada anaknya. Dan nantinya, beliau
menerima hasil panen sawah tersebut dari anaknya.
Mengenai kondisi rumah yang beliau tempati, rumah yang
sudah dikategorikan permanen tersebut merupakan rumah pribadi meskipun terlihat
sangat sederhana. Beliau sudah menggunakan jasa PDAM untuk keperluan air
bersih. Untuk penggunaan air bersih dan juga listrik di rumah, semuanya juga
sudah ditangani oleh anaknya mengingat kondisi fisiknya dan kondisi fisik
istrinya yang sudah melemah.
Berbicara mengenai kondisi istrinya, Pak Dahmin
menjelaskan bahwa istrinya pernah mengalami kecelakaan jatuh dari motor yang
ditumpanginya. Saat itu, istrinya pulang dari pasar dan menumpang ojek untuk
diantar ke rumah. Di dalam perjalanan, istrinya terjatuh dari motor tersebut
namun sayangnya sang istri baru mengeluh sakit dalam 1 bulan terakhir. Menurut
Pak Dahmin, istrinya tidak dapat menjalankan fungsi ingatannya dengan baik
semenjak beliau mengeluhkan rasa sakit tersebut. Jadi penulis sempat bingung
ketika pada awal percakapan, istri Pak Dahmin tidak membalas sedikitpun
perkataan dari penulis. Namun, setelah Pak Dahmin menjelaskan kronologis
kejadiannya, akhirnya penulis bisa memaklumi.
Keluarga ini makan nasi dua kali sehari dengan lauk yang
paling sering dimakan yaitu ikan, telur, tempe, dan tahu. Mengenai kebutuhan
lainnya seperti pakaian yang dibeli dua kali setahun, semua telah diurus oleh
anaknya sehingga mereka dapat menikmati hari-hari tuanya.
Berbicara mengenai relasi Pak Dahmin, semua berjalan
dengan baik seperti hubungan beliau dengan istri, anak-anaknya, tetangga,
saudara-saudaranya yang tinggal jauh darinya, pihak RT dan RW, walaupun dalam
lingkungan tersebut ada salah seorang warga yang sulit berinteraksi dengan
warga sekitar. Pak Dahmin sudah mampu bersosialisasi dengan baik.
E. Program
Perlindungan Sosial
Program bantuan yang diterima oleh Pak Dahmin yaitu
raskin. Untuk mendapatkan bantuan ini, Pak Dahmin mengaku tidak mendapatkan
informasi yang jelas dari pihak RT, dan pendataan mengenai penduduk yang
membutuhkan bantuan tidak sesuai dengan kenyataannya karena masih ada penduduk
yang terhitung mampu namun memperoleh bantuan tersebut. Hal ini tentu
menyebabkan adanya penduduk dengan kategori tidak mampu tidak mendapatkan
bantuan tersebut jika persediaan bantuan terbatas.
Untuk mendapatkan bantuan raskin, Pak Dahmin diminta
membelinya di RT dengan harga 2000
rupiah per liter. Pak Dahmin yang biasanya membeli beras 5 liter itu
menggunakan berasnya untuk keperluan makan sehari-hari.
F. Harapan-harapan
Responden
Meskipun Pak Dahmin mengeluh mengenai pembagian raskin
yang tidak merata tersebut, namun beliau mengaku tidak pernah melayangkan
pengaduan kepada pihak yang berwenang. Dari pengakuan Pak Dahmin tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pembagian bantuan tersebut belum berjalan dengan lancar
karena masih adanya warga tidak mampu yang tidak mendapatkan bantuan tersebut.
Menanggapi hal ini, Pak Dahmin sering membagikan beras yang dibelinya kepada
penduduk yang membutuhkan.
Pak Dahmin berharap bahwa nantinya raskin dan
bantuan-bantuan lainnya dapat dibagikan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan oleh pemerintah.
G. Kesimpulan
Melihat kondisi yang telah dipaparkan dari responden,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bantuan-bantuan yang diberikan oleh
pemerintah belum dibagikan sesuai dengan prosedur disebabkan karena banyak
faktor. Dan yang paling utama disebabkan oleh sistem pendataan dari pemerintah
yang kurang teliti dan mendaftarkan orang-orang yang tidak memenuhi kriteria
untuk menerima bantuan tanpa mereka ketahui bahwa orang-orang tersebut
sebenarnya bukan orang yang berhak menerima bantuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar